GantungkanHarapan Kepada Allah (1) 11 April 2022 04:35 . SHARE NOW. Asmaul Husna Metro TV episode kali ini membahas asmaul husna Al-Jabbar: Yang Memiliki Mutlak Kegagahah dalam tema "Gantungkan Harapan Kepada Allah" bersama Ustaz Taufiqurrahman. RECOMMENDED VIDEO. Indonesia Stop Kirim Pekerja Migran, Malaysia: Ada 15 Negara Lain yang Kirim
KataMutiara 11 : "Hubungkan semua urusan hanya pada Allah agar semua yang susah menjadi mudah; semua urusan berkah, berkah, berkah" -anonim-
GantungkanHidupmu hanya pada Allah. Bagikan: PASCA pemilihan umum (Pemilu) legislatif, banyak diberitakan perilaku orang-orang yang gagal masuk parlemen. Ada-ada saja perilakunya. Ada yang frustasi, stress, marah dan kecewa. Bahkan ada yang memungut kembali uang yang telah diberikan pada konstituen saat mengetahui dirinya tak lolos ke parlemen.
Ketenanganjiwa menjadi harapan banyak orang di masa-masa sulit seperti ini. Di masa pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir, kesulitan dalam hidup dihadapi banyak orang. dengan hati yang tulus ikhlas fokus hanya mengharapkan ridha-Nya. bertaqwa kepada Allah, giat ikhlas beribadah, mendapat hidayah dan ridha-Nya. Aamiin
GantungkanHarapanmu Hanya Kepada Allah Setiap asa dan harapan yang ditujukan kepada mahluk, maka hanya berujung kekecewaan dan penyesalan. Bila anda berfikir logis kenapa juga harus bergantung 👬BOGOR BAGEUR👭 | Gantungkan Harapanmu Hanya Kepada Allah
cara membuat kue lapis tepung beras rose brand takaran gelas. 15 Sabtu Okt 2016 Posted in Tak Berkategori ≈ Komentar Dinonaktifkan pada GANTUNGKANLAH HARAPANMU PADA ALLAH SWT … RENUNGAN MENYAMBUT MALAM MINGGU KITA CENDERUNG menggantung harapan pada manusia. Padahal berkali-kali kita dibuat kecewa karena apa yang kita dapatkan tidak seindah apa yang kita harapkan. Menggantungkan harapan pada manusia sama saja menanam benih-benih kecewa. Sebab manusia tiada kuasa melakukan apa-apa, kecuali Allah Swt memberikan inanah bantuan untuknya. Maka, mengapa kita harus berharap pada manusia sementara Allah itulah YANG MAHA KUASA. Mengapa kita harus menggantung asa pada makhluk lemah sama seperti kita sementara Allah, khalik yang maha perkasa. Manusia bukan tempat berharap. Apalagi harapan pada manusia membuat kita lupa pada Allah, Tuhan pemilik alam semesta. Tidak layak kita berharap pada manusia. Maka jangan salahkan siapa-siapa tatkala kita merasa hina atau dihanakan karena merengek-rengek pada manusia. Trauma berharap. Karena yang ada hanya kekecewaan dan penyesalan. Box PHP makin padat. Mangsanya makin banyak. Dunia alay makin ramai. Setiap orang punya harapan. tentu saja ketika harapan itu terjadi bahagia akan menghiasi diri. apakah harapanmu? apapun itu, takkan sama dengan orang lain. pertanyaan penting adalah kepada siapakah harapanmu? kepada siapa engkau gantungkan harapanmu? sekuat apa harapanmu engkau berikan? Sekali lagi, harapan akan berjalan beriringan dengan kenyataan. Itu artinya di balik harapan, mestinya bersedia tuk mengoleksi kata kecewa. Mengapa? Karena jika harapan tak sesuai dengan kenyataan maka kata-kata itulah yang akan menghiasi. Namun, akan berbeda keadaannya tergantung kepada siapa kita bergantung. Apakah kepada manusia? Apa kehebatan seorang manusia? sehebat mana ia mengatur hidupnya dan merencanakan masa depan? sekuat mana manusia mengatur titah taqdir? Selihai apa mengatur gradasi perasaannya? Tak banyak …. manusia boleh berencana, tetapi pada akhirnya rencananya akan sesuai dengan efek usahanya dan do’anya. Manusia bukan aktor utama penentu. Bagaimanapun seseorang menjaga perasaannya, toh perasaannya bukanlah terbuat dari ukiran baja yang takkan lapuk dimakan waktu. Sewaktu waktu bisa berubah, bisa berbalik dan bisa menentang. Selagi mata manusia menengadah keindahan, maka sampai batas itu, rayuan berubah akan selalu ada. sehebat apapun ia, manusia tetaplah manusia. ego dengan pilihannya. Berharaplah pada Allah … Gantungkan harapan pada-Nya. Karena Ia Maha Kuasa … Jangan berharap pada manusia … Jangan gantungkan harapan pada MANUSIA … Karena ia makhluk lemah yang tiada kuasa … Berharap pada manusia akan membuatmu kecewa … Berharap pada manusia akan membuatmu hina … Percayalah… Makanya.. jangan berharap pada manusia. Karena kosakata kecewa, marah, benci, bahkan dendam setiap saat akan menghantui. Meski kosakata bahagia, senyum, tawa tetap ada. Berharaplah pada Allah. Tak akan kau temui perbendaharaan kosakata yang akan menyakitimu. Jiwamu akan tenang. Tak ada bias disana. Tak ada gradasi kesenangan. Allah pemilik segalanya, Dialah maha kuasa atas segalanya, dan Dialah pembuat ketetapan atas taqdirmu. Maka selagi Ia tempatmu bergantung, maka yang akan kau temui adalah yang terbaik, Kembalilah padaNya. Gantungkan harapanmu hanya pada-Nya semata. Yakin senyummu akan selalu merekah. Harapan itu masih ada. Laa haula wa laa Quwaata illa billahil aliyil adhiem. TM =================
Oleh Muhammad Satria Andhika BELAJAR menggantungkan segala harap kepada Allah adalah sikap hati yang perlu dilatih, dan ini adalah latihan yang tidak mudah. Sebab kebanyakan dari kita terbiasa lebih suka membawa bawa beban itu kemana mana, dan menggantungkan harapan kepada makhluk. Kebanyakan dari kita belumlah terlatih untuk langsung mengandalkan pertolongan Allah. Mungkin ada sebagian dari kita, diberikan kesulitan sedikit saja langsung hilang kepercayaannya kepada Allah, bahkan ada yang enggan menunaikan fardhu-nya. BACA JUGA Segera Lakukan, Jangan Tunda 5 Kebaikan Ini Kalaupun berharap, lebih sering “menjerit-jerit” meminta Allah membantu saat itu juga, langsung mempertanyakan kenapa itu terjadi. Lalu meninggalkan ibadah dan keyakinan kepada Allah ketika merasa tidak “didengar”. Kemudian belumlah selesai dengan melatih diri untuk menyandarkan dan memasrahkan beban masalah kita kepada Allah, terkadang malah menyalahkan Allah atas beban hidupnya. Padahal bukankah dari awal dirinya tidak yakin akan pertolongan Allah? Bagaimana Allah akan menolong, jika keyakinannya saja belumlah seutuhnya?? Tidak semua orang mampu menyakini akan janji Allah ketika dirinya diberikan kesulitan. Inilah letak ujian yang tidak semua dari kita menyadarinya, dan ini sangat tergantung daripada pemahaman dan keyakinan kita kepada Allah. Tidak semua orang akan mampu melihat tanda tanda pertolongan Allah dengan sama, sangat tergantung dari tebal tipis nya keberadaan “hijab” antara dirinya dengan Allah. Allah sudah berjanji bahwa tanda tanda NYA hanya akan diperlihatkan kepada yang menyakini-NYA saja. Maka janganlah sampai mempertanyakan mengapa tanda tanda tersebut tidak diperlihatkan-NYA dengan sama antara diri kita dan kepada yang lain. Segera periksa diri sendiri, sebesar apa rasa percaya kepada-NYA? Sudah penuh utuh percaya kah? Sudah berikhtiar dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya kah? Atau masih ada keraguan yang tebal antara diri mu dengan-Nya? BACA JUGA Perlu Diingat, Ini 10 Sikap yang Tidak Baik Kita Lakukan Apakah orang-orang beriman mendapatkan pertolongan Allah seketika? Apakah surga dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa tanpa melalui ujian sebelumnya? Mari perbaiki terus tauhid kita, mari terus melatih diri agar selalu berbaik sangka pada-Nya. Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. []
Sign in / Join Sign inWelcome! Log into your accountyour usernameyour password Forgot your password? Get helpPassword recoveryRecover your passwordyour email A password will be e-mailed to you. HomeBeritaReferensiAL QuranHadistPanduanKajianKonsultasiKisahBuku IslamKajian Audio Ooops... Error 404 Sorry, but the page you are looking for doesn't exist. You can go to the HOMEPAGEOUR LATEST POSTS KajianKesetaraan Gender, Islam dan Kepemimpinan Perempuan di Jawa PanduanSatu Kambing Bisa untuk Qurban Satu Keluarga KajianPerintah Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah KajianDilema Muslim Indonesia Timur Menunggu Sidang Isbat PanduanYang Paling Berhak Memberi Nama Anak KonsultasiBatasan Usia Hewan KurbanAboutContact Us © Copyright 2020 All Rights Reserved.
404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /Tpis/peluang-usaha-hidroponik-rumahan-va57z" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text
Alloh Ta’ala berfirman وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا “Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka musuhmu. jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” an-Nisa 104 Saudaraku Fillah…. Secara tersurat, ayat ini berbicara tentang para singa-singa Allah yang bertempur di jalan-Nya. Ayat ini secara tegas melarang para mujahidin untuk berperilaku merasa lemah, pesimis dan merasa tidak berdaya dalam mengahadapi musuh-musuh Allah. Karena, sudah menjadi sunnatullah ketetapan Allah dalam peperangan yang terjadi antara dua kubu, akan ada di antara para mujahidin yang terluka bahkan ada yang gugur sebagai para syuhada. Maka, hendaknya kondisi ini, tidak lantas membuat mereka menjadi patah arang, lemah semangat apalagi sampai lari dari medan pertempuran. Karena pada saat yang sama, di kubu musuhpun megalami nasib yang sama, dan terkadang jauh lebih tragis. Akan tetapi, ada satu perkara yang akan menjadi pembeda antara para mujahidin dan musuh-musuhnya. Yaitu rasa berharap yang digantungkan para mujahidin hanya kepada Allah. Di mana, rasa berharap ini tidak dimiliki oleh musuh-musuh Allah. Dan di antara harapannya yang niscaya terjadi selain pahala yang melimpah adalah mendapatkan kemenagan atau gugur sebagai syuhada. Inilah yang menjadi kata kunci bagi bangkitnya semangat para mujahidin untuk kembali ke jalur pertempuran dengan semangat juang yang tinggi dan lebih bergairah lagi. Saudaraku Fillah…. Walaupun secara tersurat ayat di atas secara khusus berbicara tentang pelajaran bagi para mujahidin. Tetapi secara tersirat, ayat ini juga mengandung pelajaran bagi umat Islam pada umumnya. Terutama yang berkaitan dengan sikap berharap kepada Allah. Ayat ini sangat cocok untuk menjadi motivator bagi kita semua. Baik pria maupun wanita. Baik anak muda maupun orang tua. Baik sebagai pedagang, tukang ojeg, guru, maupun profesi-profesi lainnya. Dan tidak diragukan lagi, bahwa masing-masing kita pasti memiliki harapan atau cita -cita dalam kehidupan dunia ini. Mungkin ada di antara kita yang berharap untuk menjadi dokter. Ada yang ingin menjadi pedagang sukses. Ada yang ingin menjadi guru teladan dan lain sebagainya. Bahkan dalam pengertian yang luas, masing-masing kita memiliki harapan yang banyak dan beragam sekali dari mulai yang biasa sampai yang luar biasa. Usaha Harus Selalu Mengiringi Harapan Pada dasarnya, semua harapan yang kita cita-citakan baik yang biasa maupun yang luar biasa, ingin dapat dihadirkan ke alam realita. Dan untuk mewujudkannya perlu adanya usaha yang maksimal sesuai dengan sunnatullah yang ada. Jika harapan kita adalah menjadi orang kaya, maka kita harus bekerja keras. Jika harapan kita adalah ingin menjadi orang pandai, maka kita harus rajin belajar dan seterusnya. Akan tetapi, dalam pandangan Islam. seseorang dianggap tidak cukup hanya mengandalkan kerja kerasnya untuk menjadi orang kaya. Seseorang juga tidak cukup hanya mengandalkan rajin belajarnya untuk menjadi orang pandai. Karena kita semua menyadari tentang hakikat diri-diri kita, yaitu makhluk yang lemah. Sehebat apapun kerajinan dan kesungguhan seseorang dalam belajar. Dan sekuat apapun tenaga yang dikeluarkan untuk bekerja keras, namun tetap itu semua tidak mengubah status kita di mata Allah sebagai makhluk yang diciptakan dalam kondisi lemah; simaklah baik-baik firman Allah; Tuhan Pencipta kita semua وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا “Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” an-Nisa 28. Dan faktanya, terkadang kita semua mengalami perkara-perkara yang jauh dari harapan yang sudah ditetapkan. Harapan yang secara matematis, akan begitu mudah untuk diwujudkan. Harapan yang secara logis-empiris, begitu gampang untuk direalisasikan. Tetapi kenyataan berbicara lain. Harapan tersebut terkadang 50 % terwujud, bahkan pada tataran tertentu, harapan tersebut telah pupus untuk diwujudkan. Sehingga terkadang melahirkan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam, yang pada gilirannya akan menimbulkan rasa putus asa. Oleh karena itu, untuk menghindari hal ini, di samping terus menerus berdoa, seorang muslim harus menggantungkan seluruh harapannya hanya kepada Allah. Dan menggantungkan harapan kepada Allah tidak hanya dilakukan pada saat-saat terjepit, genting atau menemui jalan buntu. Tetapi sejatinya, harapan tersebut dilakukan oleh kita semua dalam setiap kondisi. Baik sebelum berusaha untuk meraih harapan tersebut, di tengah-tengah perjalanan melakukannya dan setelah berusaha. Inilah potret muslim sejati yang mengiringi seluruh harapannya dengan ketergantungan kepada Allah. Sehingga hal ini akan melahirkan ketenagan, kepuasan bahkan kebahagiaan dalam jiwanya, walaupun harapan tersebut pudar di tengah jalan atau gagal sama sekali. Saudaraku Fillah… Berharap kepada Allah adalah Ibadah Menggantungkan harapan kepada Allah adalah sebuah sikap yang dibutuhkan oleh setiap kita, terutama di saat-saat genting. Jika kita seorang pedagang, maka untuk menghindari kekecewaan yang mendalam karena kerugian yang besar misalnya; kita butuh sikap berharap hanya kepada Allah. Jika kita adalah seorang mahasiswa, ketika nilai ujian rendah misalnya; kita butuh rasa berharap hanya kepada Allah. Bahkan jika kita seorang dai sekalipun, menggantungkan harapan hanya kepada Allah adalah sebuah kebutuhan primer. Sehingga dapat mengobati kekecewaan kita, jika ada di antara objek dakwah kita yang jauh dari harapan yang kita inginkan. Di samping mendatangkan ketenagan jiwa, berharap kepada Allah pada dasarnya adalah bagian dari peribadatan hati seorang hamba kepada Allah. Di mana, dalam Istilah syar’i dikenal dengan kata al-rajâ’ berharap. Kata ini, bersamaan dengan al-khouf takut dan al-mahabbah cinta memiliki posisi yang strategis dan fundamental dalam struktur bangunan Islam yang harus senantiasa mengiringi derap langkah seorang hamba dalam mengarungi samudra kehidupan yang begitu berliku-liku. Jadi, gantugkanlah setinggi mungkin harapan kita hanya kepada Allah. Karena Dia-lah satu-satunya Dzat yang pantas untuk kita arahkan seluruh harapan. Dan harapan yang paling utama adalah perjumpaan dengan Allah. Inilah harapan yang paling tinggi yang harus menghujam di dalam dada-dada kita sehingga kebahagiaan tiada tara di surga-Nya adalah suatu hal yang mutlak untuk kita raih. Wallohu a’lam.
gantungkan harapan hanya kepada allah